Tidak cuma makanannya yang membuat ketagihan, minuman khas masyarakat Minang ini juga selalu menggugah selera kita.
Tiap kali bertandang ke Sumatera Barat, sudah pasti kita akan disuguhi beragam masakan khas Minang yang amat nikmat. Namun, belum lengkap rasanya jika kita tidak mencoba mencicipi ragam minumannya yang tak kalah unik.
Menjelang gelaran Pasa Harau Art and Culture Festival tanggal 16-18 Agustus 2019 mendatang di Lembah Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, ada baiknya Sobat Pesona juga menyempatkan diri untuk mencicipi ketiga minuman yang amat khas ini saat berada di Sumatera Barat.
Teh Talua
Tidak jelas kapan masyarakat Minang pertama kali menyeruput minuman ini, tak jelas juga siapa yang pertama kali meracik resepnya. Namun, hingga kini pria di Sumatera Barat masih menjadikan teh talua sebagai andalan untuk menjaga stamina dan daya tahan tubuh mereka.
Resepnya sangat sederhana. Teh tubruk biasa dicampur dengan satu butir telur ayam kampung, kemudian dikocok hingga berbusa. Teh talua biasa disandingkan dengan irisan jeruk nipis untuk menghilangkan bau amis dari telur.
Jika sekilas membayangkan, kita tentu akan merasa aneh dengan penampilan teh talua. Tapi begitu menjajalnya, persepsi aneh terhadap minuman ini langsung sirna. Rasa teh talua sangat mirip dengan teh tarik yang khas Malaysia itu. Namun rasa teh talua lebih segar lantaran dicampur dengan perasan jeruk nipis.
Aia Kawa
Namanya lebih populer dengan sebutan kopi kawa atau kawa daun. Sebagian lagi menyebutnya dengan nama “kahwa daun”. Minuman ini terbuat dari daun kopi yang dikeringkan. Penyajiannya persis dengan penyajian teh tubruk.
Aia Kawa awalnya dikembangkan untuk mereka memiliki lambung sensitif terhadap kopi. Daun kopi dianggap memiliki kandungan kafein dan asam yang sangat rendah sehingga aman bagi perut siapapun.
Soal rasa memang tidak setajam biji kopi asli, namun aroma kopinya tidak kalah wangi. Kawa daun biasa disajikan dengan menggunakan batok kelapa. Tujuannya, agar aroma kopi tidak mudah lenyap.
Aia Kawa biasa dinikmati di kala pagi atau sore sebelum matahari terbenam.
Jus pinang
Minuman yang satu ini sangat jarang ditemui di kota-kota lain di Indonesia. Pinang yang biasa menjadi bahan untuk menyirih di kalangan masyarakat pedesaan justru dicampur air dan gula untuk digiling bersama menjadi olahan jus.
Rasanya unik, perpaduan sepat, sedikit asam dan manis. Berbeda dengan jus-jus lainnya, jus pinang lebih nikmat dinikmati selagi panas. Tambahan kayu manis membuat aromanya sangat khas dan menguatkan rasa minuman itu.
Jus pinang dipercaya menjadi vitamin alami untuk menjaga stamina, khususnya bagi para pria.
Foto: Remigius Septian
27 November 2019
Payakumbuh yang hanya berjarak sekitar 27 km di timur Bukittinggi dan dapat ditempuh dalam waktu 30 menit, sudah lama dikenal sebagai kota kuliner yang justru hidup dan bergairah pada malam hari.
22 November 2019
Jika pada zaman dahulu Teluk Bayur terkenal sebagai kota tambang, sekarang kawasan ini dikenal akan keindahan alamnya. Pasalnya, terdapat tempat wisata yang menyajikan keindahan alam pemandangan kota Padang, salah satunya di Teluk Bayur.
21 November 2019
Sebutan 'Gadang' sendiri diambil dari bahasa Minangkabau yang memiliki arti 'besar'. Sehingga Jam Gadang adalah menara tinggi besar dengan wujud atap seperti rumah khas Minang.
21 November 2019
Eksotisme sudut kota akan menimbulkan kesan cantik yang menarik dalam jepretan kamera foto. Hal tersebut sangat cocok dengan kebiasaan anak muda saat ini yang suka memamerkan foto di media sosial.
30 October 2019
Luak nan tuo, tanah asal segala puak dan nenek moyang orang Minangkabau. Tanah subur berbukit, buminyo lembang aianyo tawa, berlimpah air dan keramahan pada pendatang.
30 October 2019
Kota kecil di Kabupaten Tanah Datar ini terletak di dataran tinggi yang berudara sejuk. Rumah-rumah adat beratap runcing, kampung-kampung yang dalam kitab adat Minangkabau disebut sebagai daerah asal nenek moyang Orang Minangkabau, berjejeran di kaki Gunung Merapi.
14 October 2019
Banyak tempat menginap yang masih berarsitektur Belanda yang akan memberikan nuansa khas dan seru.
29 May 2019
Sawahlunto seperti memiliki lorong waktu. Berkunjung ke Sawahlunto seakan kembali ke awal abad 20.