Konon, jika ada orang mudah mengangkat batu ini ke pangkuannya, maka apa yang diinginkan orang tersebut akan mudah ia gapai. Tapi tidak semua orang bisa mengangkat batu tersebut. Bahkan, orang berotot kuat pun belum tentu mampu mengangkatnya.
Berbicara soal sebuah mitos, biasanya tertuju pada sebuah sosok yang fenomenal. Namun, berbeda dengan mitos yang berkembang di Sumater Barat, tepatnya di Nagari Balai Tabuh, Tanah Darat, Batusangkar. Di Nagari (desa) ini ada mitos soal batu yang bisa ‘meramal’ nasib seseorang. Batu ini dikenal masyarakat setempat denga nama; Batu Angkek-angkek.
Dalam bahasa Indonesia, Batu Angkek-Angkek berarti batu angkat-angkat. Mengapa dinamai demikian? Karena untuk melakukan ‘peramalan’ orang yang pengin mengetahui jawabannya harus mengangkat batu tersebut. Konon, jika orang tersebut dengan mudah mengangkat batu ini ke pangkuannya, maka apa yang diinginkan orang tersebut akan mudah ia gapai. Tapi tidak semua orang bisa mengangkat batu tersebut. Bahkan, orang berotot kuat pun belum tentu mampu mengangkatnya.
Memang, batu ini bukanlah batuan biasa. Bahkan, berat batu inipun hingga sekarang masih sering berubah-ubah, loh! Sebelum mengangkat batu, Pak Alfi, seorang yang menjaga batu ini akan membimbing kita untuk membaca beberapa bait doa. Menurut beliau, kalau hati dan niat kita bersih, maka batu ini akan mudah diangkat.
Batu ini kalau kita lihat secara langsung malah mirip logam kuningan atau tembaga, berwarna kuning agak kecoklatan dan di beberapa bagian terlihat mengelupas berwarna hitam. Jika dilihat sekilas, bentuknya mirip punggung kura-kura. Bahkan, ada yang menyebut kalau Batu Angkek-angkek ini mirip seperti Hajar-Aswad yang ada di Ka’bah.
Menurut cerita Pak Alfi, Generasi ketujuh penjaga batu ini, Batu Angkek-angkek pertama kali ditemukan oleh Datuak Bandaro Kayo saat akan memasang tiang rumah. Ceritanya, Datuk Bandaro Kayo adalah kepala suku kaum Piliang. Suatu hari Datuk bermimpi didatangi Syech Ahmad. Dalam mimpinya Syech Ahmad berpesan kepada Datuk Bandaro Kayo mendirikan perkampungan yang sekarang bernama Kampung Palangan.
Saat pemancangan tonggak pertama terjadi suatu keanehan. Tiba-tiba saja saat itu terjadi gempa lokal. Lalu disusul hujan dan panas selama 14 hari 14 malam. Akibat peristiwa itu, masyarakat lalu mengadakan musyawarah. Saat musyawarah, terdengar suara aneh berasal dari dalam lubang pemancangan tiang. Suara tersebut mengatakan, kalau terdapat batu bernama 'Batu Pandapatan'. Suara itu juga berpesan agar batu itu dijaga baik-baik. Batu Pandapatan itu yang akhirnya dikenal dengan Batu Angkek-angkek ini.
Nah, jika Sobat Pesona penasaran dengan kehebatan batu ramalan yang satu ini, bisa mengunjungi sebuah rumah gadang milik keturunan Datuak Bandaro Kayo di Nagari Tanjuang, Batusangkar, Kecamatan Sungayang, Kabupaten Tanah Datar.
Tidak ada pungutan biaya untuk mengangkat batu tersebut. Namun, kita bisa memberikan infaq atau membeli sebuah souvenir yang dijual di sana.
27 November 2019
Payakumbuh yang hanya berjarak sekitar 27 km di timur Bukittinggi dan dapat ditempuh dalam waktu 30 menit, sudah lama dikenal sebagai kota kuliner yang justru hidup dan bergairah pada malam hari.
22 November 2019
Jika pada zaman dahulu Teluk Bayur terkenal sebagai kota tambang, sekarang kawasan ini dikenal akan keindahan alamnya. Pasalnya, terdapat tempat wisata yang menyajikan keindahan alam pemandangan kota Padang, salah satunya di Teluk Bayur.
21 November 2019
Sebutan 'Gadang' sendiri diambil dari bahasa Minangkabau yang memiliki arti 'besar'. Sehingga Jam Gadang adalah menara tinggi besar dengan wujud atap seperti rumah khas Minang.
21 November 2019
Eksotisme sudut kota akan menimbulkan kesan cantik yang menarik dalam jepretan kamera foto. Hal tersebut sangat cocok dengan kebiasaan anak muda saat ini yang suka memamerkan foto di media sosial.
30 October 2019
Luak nan tuo, tanah asal segala puak dan nenek moyang orang Minangkabau. Tanah subur berbukit, buminyo lembang aianyo tawa, berlimpah air dan keramahan pada pendatang.
30 October 2019
Kota kecil di Kabupaten Tanah Datar ini terletak di dataran tinggi yang berudara sejuk. Rumah-rumah adat beratap runcing, kampung-kampung yang dalam kitab adat Minangkabau disebut sebagai daerah asal nenek moyang Orang Minangkabau, berjejeran di kaki Gunung Merapi.
14 October 2019
Banyak tempat menginap yang masih berarsitektur Belanda yang akan memberikan nuansa khas dan seru.
29 May 2019
Sawahlunto seperti memiliki lorong waktu. Berkunjung ke Sawahlunto seakan kembali ke awal abad 20.