Perayaan Imlek, Hari Raya Keagamaan ataukah Budaya?
29 January 2018Bagi sebagian orang, tentu suasana tahun baru sudah berakhir. Aktivitas normal sudah harus kembali berjalan seperti biasa. Tapi bagi orang Tionghoa, justru suasana tahun baru yang sebenarnya baru akan dimulai sebentar lagi. Ya, tinggal beberapa hari lagi, seluruh orang Tionghoa di dunia akan merayakan tahun baru, atau di Indonesia biasa dikenal dengan Perayaan Tahun Baru Imlek.
Kalender Tionghoa yang kita pakai dalam penanggalan, kita dikenal sebagai kalender Imlek. Imlek berasal dari dialek Hokkian, artinya ‘kalender lunar’ (im= lunar atau bulan; lek = kalender). Dengan demikian tahun baru Imlek artinya tahun baru yang dihitung berdasarkan peredaran bulan mengelilingi bumi.
Setiap tahun, Imlek akan jatuh sekitar pada awal bulan Januari atau Februari kalender Masehi. Bulan awal dalam kalender Imlek (lun) adalah Cia Gwee. Sesuai perputaran kalender penanggalan China, setiap 12 tahun nama-nama tahun (shio) akan kembali berulang (berputar), dan setiap 60 tahun unsur-unsur pun akan kembali berulang (berputar). Sebagian orang Tionghoa masih percaya bahwa kesuksesan atau kesialan akan silih berganti datang setiap tahun, dicocokkan dengan karateristik shio setiap orang sesuai perhitungan Thay Shui.
Tahun Baru Imlek (Sin Cia) merupakan perayaan terpenting orang Tionghoa. Perayaan tahun baru imlek dimulai dari pertengahan bulan ke 12 tahun sebelumnya sampai dengan perayaan Cap Go Meh di tanggal ke-15 (pada saat bulan purnama).
Malam tahun baru imlek dikenal sebagai Chuxi yang berarti “malam pergantian tahun”. Puncak acara perayaan Tahun baru Imlek sendiri berlangsung selama 3 hari, dari sehari sebelum Imlek sampai sehari sesudah Imlek.
Menurut legenda mengenai asal-usul Imlek, dahulu kala, terdapat seekor raksasa pemakan manusia dari pegunungan, yang bernama Nián, yang muncul di akhir musim dingin untuk memakan hasil panen, ternak dan bahkan penduduk desa.
Untuk melindungi diri mereka, para penduduk menaruh makanan di depan pintu mereka pada awal tahun. Dipercaya bahwa melakukan hal itu Nian akan memakan makanan yang telah mereka siapkan dan tidak akan menyerang orang atau mencuri ternak dan hasil Panen.
Pada suatu waktu, penduduk melihat bahwa Nian lari ketakutan setelah bertemu dengan seorang anak kecil yang mengenakan pakaian berwarna merah. Penduduk kemudian percaya bahwa Nian takut akan warna merah, sehingga setiap kali tahun baru akan datang, para penduduk akan menggantungkan lentera dan gulungan kerta merah di jendela dan pintu. Mereka juga menggunakan kembang api untuk menakuti Nian.
Adat-adat pengurisan Nian ini kemudian berkembang menjadi perayaan Tahun Baru. Guò nián, yang berarti “menyambut tahun baru”, secara harafiah berarti “mengusir Nian”
Tahun Baru Imlek dianggap sebagai hari besar untuk orang Tionghoa dan memiliki pengaruh pada perayaan tahun baru di negara-negara tetangga, serta budaya orang Tionghoa berinteraksi meluas. Ini termasuk Korea, Mongolia, Nepal, Bhutan, Vietnam, dan Jepang, Hong Kong, Macau, Taiwan, Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand dan Indonesia sendiri serta negara-negara lain dengan populasi orang Tionghoa yang signifikan.
Meski ada sebagian orang yang menganggap Sin Cia atau tahun baru Imlek adalah hari raya agama, namun sebenarnya tahun baru imlek adalah tahun barunya semua orang Tionghoa, terlepas dari agama apapun yang dianutnya.
Orang Tionghoa yang sudah berpindah agama apapun tetap merayakannya tak terkecuali, sejauh ia masih tetap merasa dirinya Tionghoa. Di luar negeri pun orang menyebutnya Chinese New Year (Tahun Baru China), bukan Confusianist, Taoist, atau Buddhist.
Adapun kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan menjelang perayaan Imlek adalah dengan membersihan rumah secara besar-besaran, termasuk mengecat baru pintu-pintu dan jendela. Ini dimaksud untuk membuang segala kesialan serta hawa kurang baik yang ada dalam rumah dan memberikan kesegaran dan jalan bagi hawa baik serta rejeki untuk masuk.
Juga dilanjutkan dengan memasang hiasan-hiasan tahun baru yang terbuat dari guntingan kertas merah maupun tempelan kata-kata harapan, seperti Kebahagiaan, Kekayaan, Panjang Umur, serta Kemakmuran.
Tak lupa juga, orang Tionghoa akan menyempatkan diri untuk pergi ke kuil/klenteng untuk menyampaikan doa dan harapan kepada dewa-dewi, agar di tahun yang baru nanti diberikan berkah dan perlindungan agar semuanya dapat berjalan dengan lancar dan sukses. Mereka melakukan sembahyang terhadap leluhur. Bermacam-macam buah diletakkan di depan altar.
Pada malam tahun baru, setiap keluarga akan mengadakan jamuan keluarga dimana setiap anggota keluarga akan hadir untuk bersantap bersama. Setelah makan, biasanya mereka akan duduk bersama ngobrol, main game, atau hanya nonton TV. Semua lampu dibiarkan menyala sepanjang malam. Tepat tengah malam, langit akan bergemuruh dan gemerlap karena petasan. Semua bergembira.
Keesokan harinya, anak-anak akan bangun pagi-pagi untuk memberi hormat dan menyalami orang tua maupun sanak keluarga dan mereka biasanya akan mendapat Ang Pao. Dilanjutkan juga dengan saling mengunjungi saudara yang lebih tua atau kerabat dekat agar mempererat kebersamaan.
Suasana tahun baru berakhir 15 hari kemudian, bersamaan dengan dimulainya “Perayaan Lentera” Atau perayaan “Cap Go Meh”. Lentera warna-warni aneka bentuk akan dipasang memeriahkan suasana dan tarian barongsai serta liong juga digelar.
Tradisi dan kebiasaan boleh berbeda, karena tradisi Imlek dilakukan oleh setiap masyarakat Tionghoa yang tersebar di seluruh penjuru dunia, dan tentunya pasti membaur dengan kebiasaan daerah masing-masing. Jadi diharapkan, ada satu semangat yang sama dalam merayakan Tahun Baru Imlek, yaitu suatu harapan akan kedamaian, kebahagiaan keluarga, teman-teman ataupun seluruh penduduk dunia.
Selama tahun baru Imlek, semua anggota keluarga harus berkumpul, semuanya harus kembali ke rumah mereka. Tak peduli seberapa jauh lokasinya, orang Tionghoa harus kembali ke rumah pada malam sebelumnya. Tak peduli seberapa sibuk, mereka harus merayakannya di rumah. Jika tidak, sama artinya dengan tidak lagi menghormati leluhur.
Foto: Sijoriimages
Tags : perayaan imlek 2018 ,tahun baru imlek ,tahun baru china ,budaya tionghoa